4/01/2013

Apa Itu Gereja Karismatik

with one comment






Rate This


Kalau GKI atau GPIB yang konon ibadahnya adem-ayem itu membuka gereja di antara kalangan Afro-Amerika, ibadah mereka akan jauh lebih bersemangat daripada ibadah GBI yang paling semangat sekalipun. Teriakan-teriakan “Haleluya” di tengah khotbah? Bisa jadi. Jemaat menyanyi dengan melompat-lompat? Sangat mungkin. Tepuk tangan? Sudah pasti! Ini mah tidak perlu ditanyakan lagi. Jadi, apakah ini gereja karismatik? Tunggu dulu. Itu lain urusan. Apa itu gereja karismatik?

Banyak orang menganggap gereja karismatik adalah gereja yang ibadahnya seru. Kalau liturgis dalam ibadah sebuah gereja mengajak jemaat bertepuk tangan, ia bisa dipandang “karismatik”. Kalau ibadah pakai band, jemaat diajak mengangkat tangan saat menyanyi, apalagi sampai lompat-lompat, itu dicap “karismatik”. Dari penggunaan kata (dan cap) “karismatik”, seolah-olah kata ini menunjukkan gaya beribadah. Tetapi, sebenarnya tidak demikian lho.

Karismatik adalah jenis teologi, bukan gaya ibadah. “Karisma” adalah satu kata dalam Bahasa Yunani yang dalam Alkitab Bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi “karunia roh”. Di abad ke-20 muncul aliran-aliran dan gerakan-gerakan yang meyakini bahwa bukti pertobatan otentik seseorang adalah ia “dipenuhi” oleh Roh Kudus. Bentuk konkret dari keadaan dipenuhi Roh Kudus adalah ia lantas memiliki berbagai karunia Roh (karisma), seperti yang dipaparkan Rasul Paulus dalam 1 Korintus 12.

Penekanan yang besar dan tuntutan agar setiap orang percaya menunjukkan manifestasi karunia Roh (karisma) ini yang membuat aliran dan gerakan ini disebut “karismatik”. Dalam ibadah-ibadah gereja karismatik ini kemudian dimunculkan berbagai mata acara dan kegiatan untuk menunjukkan manifestasi tersebut sehingga tak terhindarkan ibadah karismatik menjadi ibadah yang heboh, apalagi kalau dibandingkan dengan ibadah gereja-gereja tradisional di awal abad ke-20 itu.

Seiring berjalannya waktu, teologi karismatik melalui masa-masa perkembangan, trial and error, hingga semakin mapan. Masa perkembangan ini beriringan dengan pergolakan sosial kaum muda, terutama di Amerika Utara tahun 1960-an yang mengguncang struktur-struktur sosial yang dipandang mapan – termasuk di antaranya gereja. Gereja karismatik secara populer dipandang membawa pilihan pembaruan dan suasana yang segar juga di Indonesia pada tahun 1980-an. Merebaknya gereja karismatik di Indonesia turut memperkenalkan gaya ibadah yang seru ini. Mungkin ini sebabnya serunya sebuah ibadah diidentikkan dengan istilah “karismatik”.

Gaya ibadah sebenarnya tidak hanya dipengaruhi oleh teologi sebuah gereja. Demografi jemaatnya, saya duga, lebih berpengaruh. Kita mengenal Gereja Baptis dan Gereja Metodis yang adalah gereja-gereja tradisional seperti GKI dan GPIB yang saya sebut di atas. Mereka mempunyai jemaat Afro-Amerika yang masyarakatnya terkenal sangat ekspresif dan punya tradisi seni musik yang kuat. Apakah bisa mereka beribadah dengan hening ala Raja dan Ratu Inggris? Tidak! Maka, jangan heran bahwa Gereja Baptis dan Gereja Metodis di kalangan Afro-Amerika, dengan teologi Protestan mereka, toh beribadah dengan sangat seru. Itu bukan soal teologi, tapi hanya selera gaya beribadah.

Bukan gaya ibadah yang membuat satu gereja menjadi karismatik, tetapi teologinya. Maka, kita tidak bisa memberikan label karismatik hanya berdasarkan gaya ibadahnya. Kenali teologinya. Itu yang lebih penting. Gaya ibadah hanya sarana dan ekspresi.

ليست هناك تعليقات:

إرسال تعليق

BACA DAN PAHAMI